Senin, 28 Februari 2011

    GEJOLAK MESIR

    Akhir-akhir ini kita sering mendengar berita terjadinya gejolak di Mesir. Semua rakyat Mesir berunjuk rasa di tempat-tempat yang sudah ditentukan untuk berorasi dan menyerukan agar Presiden Hosni Mubarak turun dari jabatannya. Sedikitnya 25 pemrotes dan 10 polisi Mesir tewas dalam gelombang unjuk rasa anti Presiden Hosni Mubarak di sepanjang pekan ini. Jumlah korban tewas dikhawatirkan terus bertambah saat gejolak di Negeri Piramid itu belum reda, bahkan unjuk rasa diperkirakan kembali melanda Mesir meskipun pemerintah kemarin sudah memberlakukan jam malam.

    Selain jatuhnya korban jiwa, perekonomian negeri piramida itu juga lumpuh total. Hingga Minggu kemarin itu, kerugian mencapai US$3,1 miliar atau sekitar Rp30 triliun. Meski banyak korban jiwa dan ekonomi kian membisu, akhir dari kekacauan ini masih belum terlihat. Ratusan ribu orang di pusat kota itu, bersumpah bertahan hingga Hosni Mubarak turun dari kursi Presiden.

    Meski negara di ambang kehancuran, Mubarak tak menyerah begitu saja pada kehendak mayoritas rakyat Mesir. Ia terus membuat berbagai strategi untuk mengamankan posisinya hingga akhir masa pemerintahan, September mendatang.

    Strategi lain juga dilakukan dengan menyudutkan posisi demonstran. Melalui tayangan kebrutralan demonstran, pemerintahan Mubarak berupaya menghasut rakyat Mesir bahwa demonstran adalah penyebab kekacauan yang membuat kota Kairo lumpuh.

    Kini pemerintahan Hosni Mubarak sudah lengser. Tetapi secara diam-diam dibalik revolusi ini ada pihak yang ikut campur untuk melengserkan pemerintahan Mesir. Pihak tersebut adalah Amerika Serikat. Mereka yang dulu menyokong Mubarak tiba-tiba memuji keberanian rakyat Mesir dan berbalik memburuk-burukkan Hosni Mubarak.

    Orang bisa tertipu bahwa transformasi yang baru saja berlaku di Mesir seolah hasil karya bertahun-tahun Barat.

    Setelah Mubarak tumbang, diantara pidato pertama datang dialamatkan untuk para demonstran di Lapangan Tahrir adalah tanggapan Barack Obama atas terusirnya Mubarak. Penuh perasaan seperti biasanya, Obama berusaha menjauhkan Amerika dari pelayan setianya itu, dengan menyambut Revolusi Mesir. Tawaran bantuan untuk mempromosikan demokrasi di Mesir pun disampaikan Obama.

    Rakyat Mesir yang mengorbankan diri dan keluarganya untuk menolak ditakut-takuti oleh kekerasan yang dilancarkan rezim Mubarak yang justru disebut Barat "stabil dan terpercaya" dan akhirnya sukses menumbangkan abdi Washington ini, tahu sekali apa itu demokrasi dan bagaimana mempraktikannya.

    Dengan langkah dan suara mereka, rakyat Mesir baru saja menggelar plebisit rakyat yang sesungguhnya dan pertama kali terjadi dengan menyeru Mubarak angkat kaki dari kekuasaan.

    0 komentar:

    Posting Komentar

     

    Blogger

    http://www.emocutez.com

    Nama saya Muhammad Kurnia...
    Kesibukan saya saat ini berkuliah di Universitas Gunadarma semester 5...

    COBA DILIHAT....... Copyright © 2009 Not Magazine 4 Column is Designed by Ipietoon Sponsored by Dezigntuts